Kendari – Dampak musim kemarau panjang membuat permintaan air bersih di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra), naik dratis.
Penjualan air bersih di Kota Lulo ini pun meningkat setiap hari yang dibarengi dengan naiknya harga.
Pengusaha penjualan air bersih yang berada di Kelurahan Lahundape, Kota Kendari, Feby (32) mengatakan, penjualan air bersih miliknya naik hingga 70 persen dari sebelumnya.
Tak tanggung-tanggung, rata-rata setiap harinya Feby menerima 150 pesanan air bersih dari warga di berbagai wilayah di Kendari.
“Satu hari itu bisa sampai 150 tandon air yang dipesan kalau musim kemarau begini,” kata Feby ditemui jurnalis Sultranesia, Minggu (29/10).
Tak seperti biasanya, pada musim kemarau ini, Feby melayani permintaan air bersih hingga lintas kecamatan.
“Macam-macam tergantung dari permintaannya pelanggan di mana, ada yang dari THR, Lepo-lepo. Yang paling jauh itu Kecamatan Baruga,” kata dia.
Air bersih tersebut, kata Feby, berasal dari beberapa sumur bor miliknya.
Musim kemarau ini memang menjadi berkah tersendiri pada pengusaha penjualan air bersih. Di hari biasanya, hanya menjual sekitar 50 tandon. Bahkan di musim penghujan, permintaan air bersih menurun dratis, hanya sekitar 30 tandon saja sehari.
Harga Air Bersih Naik
Meningkatnya permintaan air bersih juga dibarengi dengan naiknya harga. Biasanya satu tandon air bersih dijual dengan harga Rp 50 ribu.
“Sekarang Rp 60 ribu per tandon, di antar sampai rumah,” kata Feby.
Feby mengungkapan alasan harga airnya naik. Selain karena tingginya permintaan, faktor lain karena listrik di Kendari beberapa waktu belakangan sering padam.
“Kalau sekarang naik mi harga karena sering mati lampu jadi anak-anak susah cari air, jadi kalau mati lampukan sumur bor tidak bisa jalan, tidak bisa pompa air bersih, anak-anak harus keliling cari air, jadi harga air dikasih naik,” ungkapnya.
Raup Kuntungan Rp 500 ribu Per Hari
Feby mengaku menjalankan bisnis penjualan air bersih sejak 2013 lalu hingga saat ini.
Di musim kemarau seperti ini, keuntungan yang didapatkannya cukup besar, berkisar Rp 500 ribu per hari.
Kuntungan ini naik di banding hari biasanya yang berkisar antara Rp 100 hingga Rp 200 ribu per hari.
Kata Feby, meski penjualan dan harga naik, biaya operasionalnya pun juga naik.
Feby merinci biaya yang harus dikeluarkan di antaranya pembayaran listrik, gaji karyawan dan operasionalnya, BBM untuk mobil pengangkut, dan biaya perawatan lainnya jika ada kerusakan.
Sehingga dirata-ratakan penghasilan bersihnya setiap hari sekitar Rp 500 ribu.
Laporan: Rijal