Kendari – Mantan Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra) dua periode, Nur Alam, disinggung soal melanggengkan dinasti politik oleh sejumlah awak media usai mengantarkan istri dan dua anaknya mendaftar ke KPU sebagai calon kepala daerah.
Diketahui, istri Nur Alam, Tina, maju sebagai calon Gubernur Sultra berpasangan dengan LM Ihsan Taufik. Kemudian anak sulungnya, Giona maju sebagai calon Wali Kota Kendari berpasangan dengan Subhan.
Radhan, anak laki-laki Nur Alam juga maju di Pikada Konawe Selatan (Konsel). Dia berpasangan dengan Rasyid.
Terkait pertanyaan awak media itu, Nur Alam punya jawabannya. Menurutnya, hal tersebut tak bisa disebut melanggengkan dinasti politik, sebab, dia sebagai suami dan ayah tidak sedang berada dalam kekuasaan.
“Jadi begini, mereka sudah dewasa dan mandiri. Kemudian mereka punya potensi, memiliki aksesibilitas yang baik, terkonfirmasi dalam berbagai survei,” kata Nur Alam kepada awak media di Kantor KPU Sultra, Kamis (29/8).
“Dan saya bapaknya tidak dalam posisi menduduki kekuasaan, saya hanya masyarakat biasa. Sehingga mereka memiliki hak full selaku masyarakat biasa, selaku warga negara Indonesia yang bisa dicalonkan dan mencalonkan diri sebagai kepala daerah,” imbuhnya.
Nur Alam mengatakan, politik dinasti lebih ditujukan kepada mereka, keluarga yang sedang dalam kekuasaan, kemudian mendorong keluarga lainnya maju dalam kontestasi pemilihan umum.
“Politik dinasti itu lebih disasar kepada mereka yang punya kekuasaan, sebagai bentuk kekhawatiran akan memobilisasi kekuasaan yang bisa menggunakan alat-alat negara di dalam mendorong proses suksesi setiap anak-anak pejabat daerah,” ungkapnya.
“Sekarang, mereka bukan penguasa bapaknya, bapaknya sudah lama tidak jadi penguasa, mereka masyarakat biasa yang tentu bakat dan karirnya harus saya dorong sebagai orang tua,” imbuhnya.
Nur Alam pun meyakini istrinya akan memenangi Pilgub Sultra 2024 ini, begitu pula dengan kedua anaknya akan menjadi pemenang Pilkada di daerahnya masing-masing.
“InshaAllah the winner, tiga-tiganya akan menang,” pungkas mantan politikus PAN ini.
Editor: Wiwid Abid Abadi