Kendari – Pemadaman listrik yang melanda hampir seluruh Kota Kendari selama dua malam berturut-turut, pada 2 dan 3 Mei 2025, mengundang kecurigaan di kalangan warga.
Tidak hanya karena ketidaknyamanan yang ditimbulkan, namun juga karena ketidakjelasan penjelasan resmi dari pihak PLN, yang seakan membiarkan spekulasi berkembang liar.
Pemadaman yang terjadi pada waktu yang hampir sama, tanpa pemberitahuan resmi, membuat banyak pihak bertanya-tanya apakah ini semata-mata gangguan teknis atau ada faktor lain yang lebih mencurigakan.
Irfan, seorang pengusaha kuliner di Kecamatan Poasia, merasa sangat terganggu akibat pemadaman listrik yang berlangsung lebih dari dua jam pada Jumat malam, 2 Mei 2025.
“Biasanya mati lampu paling lama lima menit, tapi dua hari ini lebih lama dari itu. Kami harus berhenti berjualan. Ini sangat merugikan,” ujar Irfan dengan nada kesal, Sabtu (3/5).
Bagi Irfan, yang bergantung pada listrik untuk menjalankan bisnis, dampak pemadaman ini sangat merugikan. Namun, bukan hanya Irfan yang merasa dirugikan.
Mawan, seorang warga Kambu, menilai ada keanehan dalam pola pemadaman listrik yang berulang pada jam yang sama, sekitar tengah malam.
“Kalau mati lampu jam-jam begini, siapa yang sadar? Tapi kalau dihitung-hitung, satu dua jam mati tiap malam bisa hemat banyak solar atau batu bara. Kalau itu disalahgunakan, bisa dikorupsi,” tegas Mawan.
Kecurigaan bahwa pemadaman ini bisa dimanfaatkan untuk tujuan tertentu semakin menguat setelah banyak warga menyadari bahwa hampir seluruh wilayah Kota Kendari terdampak, kecuali wilayah sekitar kantor PLN yang tetap menyala.
Hal ini memunculkan dugaan bahwa ada permainan yang sedang berlangsung di balik layar, yang merugikan konsumen namun menguntungkan pihak tertentu.
Menanggapi hal ini, Manager PLN UP3 Kendari, Munawir, menjelaskan kepada media ini melalui pesan WhatsApp bahwa pemadaman tersebut disebabkan oleh gangguan sistem kelistrikan akibat cuaca ekstrem di wilayah Kolaka dan Kolaka Utara.
“Dua hari ini kondisi cuaca Kolaka dan Kolaka Utara cukup ekstrem. Jalur suplai utama penghubung sistem arah Malili–Kolaka Utara–Kolaka sempat terganggu namun dapat dinormalkan secepatnya,” jelas Munawir.
Menurutnya, sambaran petir yang terjadi pada kedua malam tersebut mempengaruhi jaringan transmisi.
“Tanggal 2 Mei, sambaran petir terjadi di jarak 11,2 km dari Malili. Tanggal 3 Mei, sekitar 42 km dari Kolaka menuju Kecamatan Wolo,” tambah Munawir.
Namun, penjelasan teknis ini tidak mampu meredakan kecurigaan warga, terutama terkait pola waktu padam yang berulang pada jam yang sama.
Warga bertanya-tanya apakah ada faktor lain yang lebih besar di balik pemadaman ini.
Munawir menegaskan bahwa PLN memiliki surplus energi, dan tidak ada niat untuk menghemat bahan bakar.
“Alhamdulillah surplus energi. Pembangkit non-BBM cukup,” katanya, menepis dugaan adanya motif lain di balik pemadaman tersebut.
Meski demikian, penjelasan teknis dari Munawir masih meninggalkan pertanyaan besar. PLN belum memberikan klarifikasi mengenai efektivitas sistem proteksi grounding dan arrester yang seharusnya dapat mengantisipasi gangguan petir pada jarak sejauh itu.
Ini menambah kecurigaan bahwa mungkin ada titik lemah dalam sistem kelistrikan yang seharusnya lebih tangguh.
Abdul Johar, dosen Jurusan Elektro Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo, memberikan perspektif akademis terkait permasalahan ini.
“Berdasarkan penjelasan PLN, bisa jadi mereka benar karena mereka lebih paham soal peralatan dan sistem kelistrikan mereka,” ujarnya.
Namun, ia menegaskan bahwa pemadaman dini hari tidak ada kaitannya dengan efisiensi bahan bakar.
“Kendari sudah tidak memakai pembangkit berbahan bakar BBM, kita semua menggunakan batu bara,” jelas Johar.
Saat ditanya apakah sistem kelistrikan kita saat ini sudah cukup tangguh menghadapi gangguan alam seperti petir, atau justru menunjukkan ada titik lemah yang perlu segera diperbaiki, Johar menjawab:
“Kalau sistem, di sistem Tegangan Menengah (TM) sudah sangat handal karena apabila terjadi gangguan, sudah bisa cepat diatasi dan lokasi gangguan dapat diketahui dengan cepat,” katanya.
Untuk penanganannya, menurut Johar juga sangat cepat. Begitu juga dengan tegangan tingginya, seperti yang terjadi dua malam berturut-turut, lokasi dan penanggulangannya sangat cepat.
“Kalau menurut saya pribadi, kalau mau lihat sistem itu handal atau tidak, kita dapat lihat dari peralatan proteksi yang digunakan, kemudian cara kerja alat proteksinya, dan cara menangani gangguan yang terjadi,” tutupnya.
Meski sudah mendengar penjelasan teknis tersebut, warga Kendari tetap merasa tidak puas.
Mereka mendesak agar PLN dan lembaga pengawas energi lebih transparan dalam memberikan penjelasan terkait pemadaman ini, agar tidak ada kecurigaan tentang adanya permainan di balik pemadaman massal yang merugikan banyak pihak.
Editor: Denyi Risman