Gus Yahya Pimpin PBNU Dinilai Untungkan PKB dan Muhaimin Iskandar di Pilpres 2024

Ketua Umum PBNU terpilih KH Yahya Cholil Staquf mencium tangan KH Said Aqil. (NU.or.id)

Terpilihnya KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dinilai akan memberi efek politik bagi elektabilitas Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).

Selain itu, bisa mendongkrak popularitas Muhaimin Iskandar dalam percaturan Pemilihan Presiden 2024 mendatang.

Hal ini dikatakan kader Nahdlatul Ulama wilayah Sulawesi, Bang Ancu dalam keterangannya, Sabtu 25 Desember 2021.

Bang Ancu menjelaskan, kedekatan PBNU dan PKB tidak bisa dipisahkan. Sebab, PKB adalah anak kandung dari PBNU yang diharapkan bisa memperjuangkan kepentingan kaum Nahdliyin di pentas politik nasional.

Untuk itu, menurut dia, Gus Yahya merupakan sosok yang pas memimpin organisasi Islam terbesar di dunia itu. Selain jiwa mudanya, Gus Yahya juga sosok visioner ketika berbicara kepentingan umat di Indonesia maupun dunia.

“Semangat Gus Yahya ini progresif dan semangat anak muda. Sama seperti kader-kader PKB yang terbilang muda-muda. Jadi, kehadiran Gus Yahya di PBNU sangat menguntungkan PKB dan figur yang diusung PKB di Pilpres 2024 mendatang,” kata Bang Ancu.

Terpilihnya Gus Yahya sebagai Ketua PBNU cukup mengejutkan. Sebab, Gus Yahya dikenal sebagai alumni Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).

Namun, bagi pria bernama asli Usman Shodiqin ini, terpilihnya Gus Yahya yang bukan dari kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) menjadi bukti bahwa PBNU merupakan organisasi terbuka dan siap berkolaborasi dengan siapa saja selama memiliki visi yang sama untuk kepentingan umat.

Hal yang sama juga terjadi di tubuh PKB yang merupakan anak kandung dari PBNU. Di PKB, lanjut dia, banyak kader HMI, GMNI dan organisasi lain yang tergabung.

“Jadi, PKB atau PBNU itu sejak dulu sangat terbuka kepada siapa pun. Tidak melihat latar belakang organisasi untuk bisa bergabung,” paparnya.

Mantan Ketua DPW PKB Sulawesi Barat ini mengungkapkan, bergabungnya kader di luar organisasi underbouw PKB dapat dilihat di kepengurusan beberapa daerah. Bahkan, anggota DPR RI dari Fraksi PKB merupakan mantan petinggi Partai Rakyat Demokratik (PRD) di Tahun 90-an.

“Ketua PKB di Toraja atau pun beberapa daerah di Sulawesi Barat itu adalah Nasrani. Jadi, PKB ini tidak melihat latar belakang agama maupun organisasi. Selama memiliki visi yang sama, tidak masalah bergabung. Hal yang sama juga terjadi di PBNU,” ujarnya.

Untuk itu, dengan hadirnya Gus Yahya notabene kader HMI, akan menambah kekuatan baru di PKB terutama di basis kultural nahdliyin.

“Ini sebuah kesyukuran bagi kita bahwa ada kekuatan baru yang bisa mendongkrak kekuatan dan elektabilitas PKB ke depan termasuk dalam mewujudkan visi misi PKB, rahmatan lil’alamin,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!