Daerah  

Insiden Ban Kempes di Konawe Utara Bikin Geger: Komcad Diperiksa, Danrem Turun Tangan

Tangkapan layar video yang memperlihatkan adu mulut antara seorang warga dan pria berpakaian loreng di lokasi banjir Desa Sambandete, Konawe Utara. Foto: Dok. Istimewa.

Konawe Utara – Dua video yang merekam insiden cekcok di tengah lokasi banjir di Desa Sambandete, Kecamatan Oheo, Kabupaten Konawe Utara pada Jumat (11/4), viral di media sosial dan memicu pertanyaan publik mengenai siapa sebenarnya pria berbaju loreng yang terlibat dalam perseteruan dengan warga.

Dalam video berdurasi 2 menit 11 detik dan 1 menit 30 detik tersebut, seorang pria yang merekam kejadian terlihat meluapkan kemarahannya kepada pria mengenakan topi rimba, berbaju loreng dengan tulisan Rindam XIV Hasanuddin di bagian belakang, serta mengenakan celana loreng dan sepatu PDL. Ia dituduh telah mengempeskan ban mobil si perekam.

Adu argumen terjadi di dekat rakit pincara yang digunakan untuk menyeberang di jalur banjir yang menggenangi jalan Trans Sulawesi. Pria berbaju loreng berdalih bahwa tindakan tersebut dilakukan karena mobil yang bersangkutan menghalangi kendaraan lain yang hendak menyeberang. Si perekam membantah keras dan menuntut pertanggungjawaban.

Kesan pertama dari video tersebut membuat publik percaya bahwa pria itu adalah anggota aktif TNI. Namun, klarifikasi segera datang dari Komandan Korem 143/Halu Oleo, Brigjen TNI R. Wahyu Sugiarto.

“Coba dicek ke Dandim itu tentara atau bukan. Kalau tentara, nggak mungkin seperti itu dan pasti saya akan proses,” tegas Wahyu saat dikonfirmasi pada Sabtu (12/4).

Ia juga menyampaikan bahwa telah memerintahkan Polisi Militer untuk turun langsung ke lokasi guna mengusut insiden tersebut.

“Saya sudah perintahkan PM untuk turun ke lapangan,” tambahnya.

Identitas pria berbaju loreng akhirnya terungkap. Dandim 1430/Konawe Utara, Letkol Arh Pramono, menyatakan bahwa pria dalam video tersebut bukan prajurit aktif, melainkan anggota Komponen Cadangan atau Komcad.

“Itu sebenarnya bukan anggota TNI itu, itu anggota Komcad,” ungkap Pramono.

Pernyataan ini menimbulkan pertanyaan baru mengenai dasar keterlibatan Komcad dalam penanganan situasi di lapangan, apalagi tanpa perintah resmi.

“Sebenarnya, sesuai dengan Sprin, tidak ada memperbantukan Komcad. Itu inisiatif dari Babinsa ngajak dia, makanya dia ada di lokasi,” jelasnya.

Dengan kata lain, keterlibatan Dedi, anggota Komcad yang disebut dalam video tidak melalui jalur resmi atau mekanisme komando. Ia berada di lokasi karena ajakan dari personel Babinsa, yang secara prosedural tidak memiliki kewenangan untuk mengaktifkan Komcad tanpa perintah.

Pramono juga menjelaskan kronologi awal kejadian. Menurut informasi dari Kepala Desa Sambandete, mobil milik si perekam video diduga menghalangi lalu lintas kendaraan lain yang hendak naik dan turun dari rakit pincara. Warga sudah berusaha mencari pemilik kendaraan, namun tidak ditemukan. Dalam kondisi itu, Dedi turun tangan.

“Karena banyak komplain dari masyarakat, dicari-cari pemiliknya tidak ada, terus Komcad ini mencari pemilik kendaraan itu,” jelas Pramono.

Namun, ketika ditanya apakah benar ban mobil dikempeskan oleh Dedi, Pramono tidak memberikan jawaban pasti.

“Dikempesin atau tidak, nggak tahu sih. Tapi menurut informasi tidak dikempesin. Videonya kok sampai viral,” katanya.

Dedi sendiri telah dipanggil ke Kodim untuk memberikan keterangan. Dalam proses tersebut, ia mengaku bahwa keterlibatannya murni atas inisiatif pribadi dan tidak berdasarkan perintah dari siapa pun.

“Komcad tersebut juga sudah dimintai keterangan, dipanggil ke Kodim, dimintai keterangan, diperintah atau bagaimana, ternyata tidak ada perintah dan hanya inisiatif. Dia minta maaf atas insiden tersebut,” ungkap Pramono.


Editor: Denyi Risman

error: Content is protected !!