News  

Pertamina Buka Suara soal Dugaan Pertalite Oplosan di SPBU Kendari

Pertamina. Foto: Dok. Istimewa.

Kendari – Pertamina Patra Niaga Regional Sulawesi buka suara terkait dugaan BBM Pertalite oplosan yang dikeluhkan sejumlah ojek online (Ojol) di Kendari.

Dalam keterangan resmi yang dikirim ke Sultranesia.com, Rabu (5/3), Area Manager Communication, Relation & CSR
Pertamina Patra Niaga Regional Sulawesi, Fahrougi Andriani Sumampouw memastikan bahwa kualitas BBM yang disalurkan kepada masyarakat tetap menjadi prioritas utama.

“Menyikapi isu yang berkembang terkait dugaan ketidaksesuaian kualitas Pertalite di Kendari, Pertamina saat ini tengah melakukan investigasi menyeluruh guna memastikan distribusi BBM tetap sesuai standar yang berlaku,” kata dia.

Sebagai langkah cepat, Pertamina telah menerjunkan tim Quality Control untuk melakukan pengecekan langsung di lapangan, termasuk di SPBU yang menerima suplai Pertalite.

Koordinasi juga terus dilakukan dengan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag), aparat penegak hukum serta pihak independen untuk memastikan hasil uji kualitas bahan bakar dilakukan secara transparan dan akurat, uji sampling jg akan segera dilakukan bersama dengan instansi terkait guna memberikan kepastian kepada masyarakat.

Pertamina juga membuka saluran pengaduan bagi masyarakat yang mengalami kendala terkait produk BBM.

Pengaduan dapat disampaikan melalui SPBU terdekat, kantor layanan Pertamina di wilayah Sulawesi Tenggara, atau Call Center Pertamina 135 yang siap melayani 24 jam.

“Kami juga mengimbau masyarakat untuk selalu membeli BBM di SPBU resmi Pertamina guna memastikan kualitas dan keamanan bahan bakar yang digunakan,” kata dia.

Pertamina Patra Niaga menegaskan komitmennya untuk terus menjaga kepercayaan masyarakat dengan memastikan ketersediaan dan kualitas BBM yang optimal.

“Kami mengimbau masyarakat agar tetap tenang dan menunggu hasil investigasi resmi yang akan segera disampaikan. Pertamina akan terus berkoordinasi dengan pihak terkait dan memastikan setiap langkah yang diambil sesuai dengan regulasi yang berlaku,” pungkasnya.

Sebelumnya diberitakan, ratusan pengemudi ojek online (ojol) berbondong-bondong mendatangi Polresta Kendari pada Selasa (4/3), membawa satu suara: keluhan tentang bahan bakar yang diduga dioplos.

Mereka menuding sejumlah SPBU di Kota Kendari sebagai biang keladi mogok massal kendaraan mereka.

Dari rekaman yang beredar di grup WhatsApp, tampak para ojol berjibaku menguras tangki motor mereka, mencoba mengeluarkan bensin yang diduga menjadi penyebab utama mogoknya kendaraan. Di sudut lain, puluhan motor tampak mogok, sementara para pengemudinya resah.

Sabarudin, salah seorang ojol, mengungkapkan bahwa bukan hanya dia yang menjadi korban, tetapi puluhan rekannya mengalami hal serupa. Ia curiga ada sesuatu yang tak beres dengan Pertalite yang mereka beli.

“Masalahnya, semua SPBU di Kendari itu bermasalah. Terindikasi kemungkinan Pertalite dioplos,” ungkapnya dengan nada geram.

Menurutnya, sedikitnya 100 motor mengalami kerusakan dengan gejala serupa: mesin tersendat, tarikan berat, lalu mati total.

Ia meminta pihak kepolisian segera turun tangan menyelidiki SPBU di Kota Kendari, termasuk depot pemasok bahan bakar.

“Kami berharap pihak kepolisian bisa memeriksa SPBU-SPBU di Kendari. Tapi saya duga masalahnya datang langsung dari depot, karena hampir semua SPBU yang habis mengisi, kendalanya sama semua,” ujar Sabarudin.

Keluhan senada disampaikan Hasbullah, yang mengisi BBM di SPBU Rabam, Jalan Jenderal Ahmad Yani, Kelurahan Bende, Kecamatan Kadia. Baginya, kejadian ini lebih dari sekadar insiden teknis, melainkan ancaman bagi mata pencahariannya.

“Setelah saya isi di SPBU Rabam, motor langsung brebet dan mati. Awalnya saya kira cuma saya yang kena, ternyata banyak teman-teman yang alami hal yang sama,” tuturnya.

Arham, ojol lainnya, menambahkan bahwa dampaknya bukan hanya pada mesin, tetapi juga pada penghasilan mereka yang bergantung sepenuhnya pada kendaraan.

“Kami cari makan dari motor ini. Kalau mogok gara-gara bensin, siapa yang mau tanggung jawab? Kami tidak bisa kerja, rugi besar,” keluhnya.

Menurutnya, ini bukan sekadar perkara Pertalite, tapi menyangkut kehidupan banyak orang. Mereka pun meminta Pertamina turun tangan dan bertanggung jawab atas kerusakan kendaraan akibat bahan bakar yang mereka beli dengan susah payah.

“Kami berharap masalah ini cepat diselesaikan, apalagi ini bulan puasa. Kami juga meminta agar Pertamina bertanggung jawab atas kendaraan-kendaraan yang rusak,” tambah Arham.


Editor: Redaksi

error: Content is protected !!