Berita  

Ridwan Bae Soroti Dua Bandara di Sultra saat Rapat Bersama Kemenhub

Ridwan Bae. Foto: Dok. AFR/DPR RI.

Jakarta – Ketersediaan transportasi udara di Sulawesi Tenggara memiliki peran vital dalam menggerakkan sektor pariwisata dan perekonomian lokal.

Namun, lebih dari sepuluh bulan lamanya, dua bandara penting di wilayah ini yakni Bandara Sugimanuru di Kabupaten Muna dan Bandara Matahora di Wakatobi belum menerima penerbangan komersial.

Kondisi ini menjadi perhatian serius, khususnya karena kedua daerah ini memiliki potensi wisata yang luar biasa, baik secara budaya, sejarah, maupun alam.

Wakil Ketua Komisi V DPR RI, Ridwan Bae menyoroti ketiadaan pesawat di dua bandara tersebut, meskipun penumpang yang ingin bepergian dari dan ke daerah ini sebenarnya cukup banyak.

“Di Sulawesi Tenggara itu ada dua bandara, sudah 10 bulan belum ada pesawatnya. Sementara penumpangnya sebenarnya banyak,” ungkapnya dalam rapat bersama Kementerian Perhubungan, Jumat (20/9) lalu.

Ridwan Bae juga menyatakan harapannya agar pemerintah pusat segera memberikan perhatian khusus untuk memulihkan operasional penerbangan di kedua bandara ini, terutama dengan mempertimbangkan potensi wisata besar yang ada di daerah tersebut.

Potensi Wisata Muna dan Muna Barat: Sejarah, Budaya, dan Keindahan Alam

Pulau Muna menyimpan berbagai destinasi wisata yang menawarkan keindahan alam dan kekayaan sejarah. Salah satu yang paling ikonik adalah Benteng Kotano Wuna, yang dinobatkan sebagai benteng terluas di dunia oleh Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI).

Benteng ini mencakup area seluas 165,9 hektar dengan panjang mencapai 8 kilometer. Dibangun pada masa Raja Muna Lakilaponto, benteng ini menjadi simbol kejayaan Kerajaan Muna dan menarik wisatawan yang ingin mendalami sejarah serta arsitektur kuno.

Selain Benteng Kotano Wuna, Pantai Meleura dengan pasir putih dan bebatuan karst yang menakjubkan menjadi daya tarik utama wisata alam. Danau Napabale, yang terhubung dengan laut melalui terowongan alami, menambah keunikan destinasi wisata di Muna, sementara Danau Ubur-Ubur Lohia memungkinkan pengunjung berenang bersama ubur-ubur yang tidak menyengat, menjadikannya pengalaman yang langka.

Tidak ketinggalan, Gua Liangkabori dengan lukisan prasejarahnya, dan Tanjung Labora yang menyajikan keindahan bawah laut, semuanya memperkaya potensi pariwisata di wilayah ini.

Di Muna Barat, Pulau Apung menjadi salah satu destinasi unik dengan keindahan pulau yang tampak mengapung di atas laut. Benteng Tiworo, peninggalan sejarah yang tak kalah menarik, juga menjadi magnet bagi wisatawan.

Pantai Pajala dan Permandian Wakante menawarkan tempat-tempat relaksasi dengan panorama alam yang menenangkan, sementara Telaga Kasiono Oe memberikan pengalaman wisata air yang menyegarkan.

Buton Tengah: Keindahan Pantai dan Gua

Kabupaten Buton Tengah juga memiliki banyak destinasi wisata yang layak dikunjungi. Pantai Wantopi dengan pasir putih dan jembatan kayu ikonik menjadi daya tarik tersendiri, sementara Gua Ma’obu dan Gua Koo menawarkan petualangan bagi para penggemar wisata alam bawah tanah. Pantai Mutiara dan Pantai Katembe melengkapi daftar pantai yang menawarkan ketenangan bagi pengunjung yang ingin menikmati keindahan alam tanpa gangguan.

Wakatobi: Surga Wisata Dunia yang Terabaikan

Di sisi lain, Wakatobi adalah destinasi wisata dunia yang tidak boleh dipandang sebelah mata. Terkenal sebagai salah satu tempat menyelam terbaik di dunia, Taman Nasional Wakatobi menjadi surga bagi penyelam dari berbagai penjuru dunia. Keindahan terumbu karang di kawasan ini tak tertandingi, dan keanekaragaman hayati bawah lautnya menjadi magnet bagi para wisatawan internasional.

Pulau Hoga, dengan pantai-pantainya yang indah dan air laut yang jernih, merupakan tempat ideal untuk beristirahat dan menikmati alam. Sementara itu, Pulau Tomia menawarkan pemandangan yang memukau dari Puncak Khayangan, tempat populer untuk menyaksikan matahari terbenam. Keunikan Desa Bajo Mola, yang dikenal dengan rumah-rumah panggung di atas laut, memberikan pengalaman budaya yang tak terlupakan.

Sayangnya, semua potensi wisata ini terhambat oleh ketiadaan akses penerbangan yang layak. Ridwan Bae menyatakan bahwa ia telah aktif berkoordinasi dengan Kepala Bandara Sugimanuru untuk mencari solusi, termasuk usulan subsidi penerbangan bagi tiga kabupaten yang dilayani bandara tersebut, yaitu Muna, Muna Barat, dan Buton Tengah.

“Harapan saya supaya betul-betul pesawat di dua bandara itu sudah bisa berjalan,” tegas Ridwan Bae.

Dampak Ekonomi dan Pariwisata

Ketiadaan penerbangan di Bandara Sugimanuru dan Matahora jelas memberikan dampak signifikan, tidak hanya terhadap sektor pariwisata tetapi juga perekonomian masyarakat setempat. Pengembangan infrastruktur transportasi udara di daerah ini sangat penting, terutama bagi pariwisata Muna, Muna Barat, Buton Tengah, dan Wakatobi yang terus berkembang. Mobilitas masyarakat untuk kebutuhan bisnis, pendidikan, dan kesehatan juga ikut terhambat.

Dengan adanya langkah konkret dari pemerintah pusat, diharapkan kedua bandara ini segera kembali beroperasi, membuka akses bagi wisatawan dan mendukung pemulihan ekonomi daerah. Potensi besar yang dimiliki Sulawesi Tenggara, baik dari segi keindahan alam maupun kekayaan budaya, tidak boleh dibiarkan terhambat oleh keterbatasan akses transportasi. Kembalinya penerbangan komersial di Bandara Sugimanuru dan Matahora akan menjadi langkah awal yang penting bagi kemajuan wilayah ini.


Laporan: Denyi Risman

error: Content is protected !!
Exit mobile version