Kendari – Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) menggandeng Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI) dan Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia (Peraboi), menggelar bakti sosial (baksos) seminar awam deteksi dini kanker payudara.
Kegiatan ini dilaksanakan dalam Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) XXVIII Peraboi 2024, bertempat di Aula RSUD Bahteramas, Kamis (18/7).
Diketahui, peran bedah onkologi dalam pelayanan kanker di era transformasi kesehatan dengan adanya UU Kesehatan No.17 Tahun 2023.
Direktur RSUD Bahteramas dr H. Hasmudin SpB mengatakan, saat ini di RS Bahteramas telah memiliki dua ahli onkologi dengan dua kemoterapi yang sudah sesuai standar.
“Rata-rata perbulan penderita kanker payudara sekitar 100 orang yang ditangani. Dan ini belum termasuk pasien lama yang datang kontrol. Jadi penanganannya sesuai kompetensi baik oleh ahli onkologi dan ahli penyakit dalam,” kata Hasmudin dihadapan awak media.
Sementara itu, Ketua YKPI, Linda Amalia Sari Gumelar, menyampaikan visi YKPI yakni menekan kejadian kanker payudara stadium lanjut. Kata dia, dalam rangka menuju visi pencapaian tersebut pihaknya melakukan edukasi, sosialisasi, skrining dan deteksi dini kanker payudara.
“Dan kami punya icon yang utama kita lakukan melakukan pengobatan. Nah, upaya apa yang kami lakukan dengan Indonesia negara kepulauan dan terluar, tertinggal dan daerah terpencil kami mencoba melakukan kegiatan bekerjasama dengan Badan Kerjasama Organisasi Wanita (BKOW),” jelasnya.
Dikatakan, ditingkat provinsi ada BKOW dan tingkat kabupaten/kota ada gabungan organisasi wanita bahkan sampai ada di kecamatan, desa dan kelurahan.
“Jadi mereka punya anak ranting dan sebagainya. Jadi disitu kita melakukan sosialisasi bentuknya bisa melalui webinar serta bisa secara online maupun offline. Dan kita selalu bekerjasama dengan perhimpunan ahli bedah onkologi sebagai narasumber kemanapun kami pergi,” ucapnya.
“Memang belum semua terjangkau namun pada umumnya seluruh daerah di Indonesia sudah kami melakukan kerja sama termasuk dengan organisasi keagamaan, termasuk melalui sekolah-sekolah dan universitas dan sekarang kita turun di generasi muda agar menekan stadium lanjut. Mungkin hasilnya nggak sekarang, tapi 10 sampai 20 tahun kedepan program ini bisa kita lakukan untuk mencegah stadium lanjut,” tambahnya.
Ditempat yang sama, Ketua Pengurus Pusat Peraboi, dr Walta Gautama Said Tehuwayo SpB Subsp Onk (K) mengukapkan, kanker payudara kaitannya dengan hormon estrogen artinya hampir 70 hingga 80% dihubungkan dengan paparan hormon estrogen.
“Hormon estrogen itu wanita punya pabriknya ovarium. Jadi paparan hormon estrogen yang berkepanjangan itu diduga berhubungan dengan kapster payudara. Jadi ibaratnya setiap wanita punya resiko untuk terkena kanker payudara secara otomatis,” jelasnya.
Kata dia, bagi yang terkena kanker payudara harus dilakukan penanganan yang baik dari awal. Khususnya di Sultra ada 17 kabupaten/kota sehingga idealnya setiap kabupaten harus punya satu dokter, namun tidak gampang mencetak dokter sesuai kualifikasi.
“Tapi kami berusaha dari organisasi profesi untuk membekali ilmu tambahan proctorship, karena kalau melalui pendidikan resmi itu butuh waktu yang panjang. Sehingga kami yang akan datang memberikan kuliah dan kursus selama satu minggu teori dan satu minggu praktek. Jadi kita akan latih dokter bedah umum bagaimana operasi yang benar untuk penanganan kanker payudara,” ungkapnya.
Selanjutnya, Ketua Panitia PIT XXVIII Peraboi 2024, dr Faruly Wijaya S. Limba SpB Subsp Onk (K) mengatakan, dalam bakti sosial terdapat beberapa kegiatan salah satunya seminar awam tentang mengenal kanker payudara dan deteksi dini kanker payudara serta pelatihan pemeriksaan payudara pada tenaga kesehatan dan operasi tiroid.
“Peserta dalam seminar awam ini sekitar 350 orang merupakan warga kota kendari dan kominutas-komunitas penyintas kanker payudara yang ada di kota kendari, pasien-pasien rumah sakit di Kendari serta masyarakat awam. Untuk tenaga kesehatan kita mengundang teman-teman dari dokter umum, dokter spesialis serta perawat dan bidan,” tandasnya. Rilis.
Editor: Muh Fajar