Berita  

Sederet Program Prioritas BPBD Sulawesi Tenggara Tahun 2023

Kepala BPBD Sultra, Muhamad Yusuf. Foto: Dok. Istimewa.

Kendari – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) telah menyiapkan program strategis yang akan dilaksanakan sepanjang tahun 2023.

Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Sultra Muhammad Yusuf mengatakan, ada tiga bidang di BPBD Provinsi Sultra yang menjalankan program tersebut. Yakni bidang pra bencana, tanggap darurat dan bidang rehabilitasi dan rekonstruksi. Ia menyebutkan, bidang pra bencana menjadi fokus perhatian.

Pada bidang pra-bencana mencakup kegiatan mitigasi, kesiapsiagaan dan peringatan dini. Kata dia, hal ini berdasarkan amanah Presiden Joko Widodo untuk melaksanakan mitigasi struktural dan non-struktual.

Mitigasi struktural merupakan upaya untuk meminimalkan bencana yang dilakukan melalui pembangunan berbagai prasarana fisik dan menggunakan pendekatan teknologi, seperti pembuatan kanal khusus untuk pencegahan banjir, alat pendeteksi aktivitas gunung berapi, bangunan yang bersifat tahan gempa, ataupun Early Warning System (EWS).

Sedangkan mitigasi non-struktural merupakan suatu upaya dalam mengurangi dampak bencana melalui kebijakan dan peraturan. Singkatnya struktual merupakan kegiatan fisik dan nonstruktural berfokus pada sosialisasi.
Namun yang menjadi prioritas dalam penanggulangan bencana adalah membangun kesadaran dan pemahaman masyarakat sejak usia dini untuk siap siaga dalam menghadapi bencana alam.

Kemudian membangun pemahaman dari kepala keluarga hingga ibu rumah tangga untuk mensosialisasikan pencegahan dan kesiapsiagaan terhadap bencana kepada anaknya dan lingkungan sekitar rumah mereka.

“Paling tidak mereka mengetahui apa yang harus dilakukan ketika bencana datang, contoh saat gempa bumi harus berlindung di bawa meja atau lari ke ruang terbuka untuk menghindari runtuhan bangunan atau saat banjir tiba ke lokasi yang lebih tinggi,” kata Muhammad Yusuf kepada Sultranesia Senin (16/1).

Muhammad Yusuf menegaskan, pada dasarnya mitigasi risiko bencana alam merupakan tugas bersama seluruh pihak unsur pentahelix yakni pemerintah, dunia usaha, masyarakat, perguruan tinggi dan media. Apalagi prinsip pentahelix sejalan  dengan nilai gotong royong yang sudah menjadi tradisi di Indonesia sejak dahulu.

BPBD Provinsi Sultra di tahun 2023 ini akan melaksanakan sosialisasi pra bencana kepada pelajar SMA/SMK sederajat yang ada di lima kabupaten yakni Buton, Buton Tengah (Buteng), Muna Barat (Mubar), Konawe dan Kolaka.

Selain itu, BPBD Provinsi Sultra mendorong sinergitas dengan BPBD kabupaten/kota se-Sultra untuk aktif menggelar sosialisasi pra-bencana kepada murid sekolah dasar (SD) dan siswa sekolah menengah pertama (SMP) yang menjadi wewenang mereka.

Kepala BPBD Sultra, Muhammad Yusuf, saat meninjau langsung di lapangan. Foto: Dok. Istimewa.

Kemudian pada bidang rehabilitasi dan rekonstruski dilakukan pekerjaan fisik dan perbaikan pada sarana fasilitas umum yang menjadi wewenang dan aset pemerintah provinsi. Misalnya fasilitas yang rusak pada bencana alam sebelumnya yakni kerusakan aset akibat banjir bandang pada 2019. Ada tiga lokasi yang menjadi prioritas yakni Konawe, Konawe Selatan (Konsel) dan Kolaka Timur (Koltim).

Ia menambahkan, saat ini BPBD Provinsi Sultra fokus untuk menyukseskan penyelenggaraan Hari Bakti Pengurangan Risiko Bencana (PRB) yang rencananya bakal digelar pada Oktober 2023 mendatang. Apalagi Sultra menjadi tuan rumah dari kegiatan ini setelah Gubernur Sultra Ali Mazi menerima amanah ini pada Oktober 2022 saat penyelenggaraan Hari Bakti PRB di Balikpapan, Kalimantan Timur (Kaltim) dari Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto.

Rencananya kegiatan ini akan diramaikan seluruh BPBD se-indonesia kemudian Non-Governmental Organization (NGO) yang konsen dengan penanggulana bencana alam dan kemungkinan BNPB mengundang duta besar negara lain.
Untuk diketahui pada tahun 2022 BPBD Sultra sudah melauching program proyek Rumah Ibadah Tangguh Bencana (RITANA) sebagai lokasi yang dapat melindungi masyarakat dari berbagai jenis bencana mulai dari bencana alam dan non-alam. Kegiatan ini diawali dengan pertemuan mentor, dilanjutkan dengan pembentukan tim efektif penyusunan rencana proyek, kemudian survey ke rumah ibadah dan koordinasi dengan stakeholder terkait.

RITANA merupakan proyek perubahan yang digagas dalam rangka bagaimana memutus mata rantai penyebaran Covid-19 dan diharapkan masyarakat ataupun tempat ibadah tidak lagi menjadi klaster baru dalam penyebaran virus Covid.

Kemudian, gagasan inovasi rumah ibadah yang tangguh dari segi struktur bangunan maupun lokasi pendirian bangunan menggunakan pemahaman manajemen bencana di rumah ibadah mulai dari tahap pra-bencana, tahap darurat bencana dan tahap pasca bencana.


ADVETORIAL

error: Content is protected !!