Daerah  

Dua Balita Nyaris Terpanggang, Rumah di Muna Barat Habis Dilalap Api

Kobaran api melahap rumah panggung milik La Ntaano di Desa Wuna, Muna Barat, Jumat (7/3) petang. Foto: Dok. Istimewa.

Muna Barat – Bara petaka menyelinap di antara dinding kayu rumah panggung La Ntaano (70) dan istrinya, Wa Lubi (60), di Desa Wuna, Kecamatan Barangka, Kabupaten Muna Barat pada Jumat (7/3) petang. Dalam hitungan menit, hunian yang telah menjadi saksi bisu kehidupan mereka berubah menjadi abu.

Di tengah kepanikan, dua cucu mereka yang masih berusia satu dan tiga tahun nyaris terjebak dalam kobaran api.

Lonceng bahaya itu berbunyi sekitar pukul 17.47 WITA, saat api yang diduga berasal dari korsleting listrik di kamar tengah mulai menjalar.

Rumah panggung berbahan kayu jati itu seperti disiram bensin, terbakar dengan cepat. Dua balita yang sedang berada di dalam rumah berhasil dievakuasi sebelum si jago merah mengamuk lebih jauh.

Namun, penyelamatan nyawa tak diiringi dengan penyelamatan harta. Uang tunai Rp 20 juta, tiga ponsel, kulkas, dan berbagai barang berharga lainnya ikut menjadi abu. Kerugian diperkirakan mencapai Rp 200 juta.

“Dari kebakaran ini, tidak ada barang yang bisa diselamatkan,” ujar La Ntaano dengan suara berat, menatap rumahnya yang kini hanya tersisa puing hitam.

Mobil pemadam baru tiba sekitar pukul 18.15 WITA, setelah warga berupaya melawan api dengan alat seadanya.

Namun, seperti pertarungan melawan monster yang tak kasat mata, usaha mereka tak banyak berarti. Tiga kali bolak-balik, barulah api benar-benar padam sekitar pukul 20.30 WITA.

Kapolsek Lawa, IPDA Haswan, mengungkapkan bahwa pihaknya langsung bergerak begitu menerima laporan kebakaran.

“Saat kejadian, kami sedang bersiap untuk buka puasa bersama. Begitu ada laporan dari warga, kami segera mengirim anggota ke lokasi dan berkoordinasi dengan pemadam kebakaran,” jelasnya.

Ia juga mengingatkan warga untuk lebih waspada terhadap bahaya korsleting listrik yang kerap menjadi penyebab kebakaran.

Di tengah kehangusan yang menyisakan kepedihan, BPBD Muna Barat bergerak cepat menyalurkan bantuan pangan bagi korban, termasuk beras, telur, dan mi instan.

Kepala BPBD Muna Barat, Karimin, menyebut pihaknya menunggu berkas dari pemerintah desa agar bantuan sosial dapat segera diproses.

Kepala Desa Wuna, Samurudin, mengatakan pihaknya akan segera merinci total kerugian dan mengajukan laporan ke Dinas Sosial agar korban mendapat bantuan yang layak.

Dari kejauhan, La Ntaano hanya bisa menatap puing-puing yang tersisa, rumah yang dulu menjadi tempatnya berbagi tawa kini tak lebih dari serpihan arang. Harta benda bisa dicari, tapi kepedihan ini akan butuh waktu untuk sembuh.

Di balik abu yang berserakan, harapan tetap harus menyala. Kini, La Ntaano dan keluarganya bertumpu pada uluran tangan pemerintah dan masyarakat untuk bangkit dari keterpurukan.


Editor: Denyi Risman

error: Content is protected !!
Exit mobile version