Kendari – Menjelang Musyawarah Daerah (Musda) XI Partai Golkar Sulawesi Tenggara (Sultra), suhu internal partai mulai menghangat. Dukungan dan kritik tajam terhadap kepemimpinan Herry Asiku mengemuka, memunculkan dua kutub yang saling berseberangan: satu menyerukan keberlanjutan, yang lain menuntut perubahan.
Irham Kalenggo, Ketua DPD II Golkar Konawe Selatan sekaligus Bupati aktif, berada di barisan terdepan pendukung Herry Asiku. Ia menegaskan tak ada nama lain yang muncul di lapangan untuk menantang Herry, dan menyebut para pengurus daerah masih solid di belakang sang ketua.
“Di lapangan kami belum dengar ada kader lain yang menyatakan maju. Dan sejauh ini, kami di daerah sepakat untuk mendukung Pak Herry melanjutkan kepemimpinan di DPD I,” kata Irham Kalenggo, Senin (8/4).
Irham tak sekadar bicara loyalitas. Ia membawa data: peningkatan kursi DPRD kabupaten/kota dan lonjakan jumlah pimpinan DPRD sebagai bukti capaian strategis Herry selama lima tahun terakhir.
“Pak Herry adalah kader tulen dan tokoh penting dalam tubuh Golkar. Selama kepemimpinannya, ada banyak pencapaian strategis yang diraih partai, khususnya peningkatan jumlah kursi di DPRD kabupaten dan kota se-Sultra,” ujarnya.
“Kalau tidak salah, jumlah kursi pimpinan DPRD meningkat dari delapan menjadi sepuluh. Ini adalah capaian nyata yang tidak bisa diabaikan,” lanjutnya.
Lebih jauh, Irham memuji kepiawaian Herry dalam membaca peta politik menjelang Pilkada serentak 2024, menyebutnya bukan sekadar “figur”, tapi arsitek strategi politik.
“Ini bukan hanya soal nama besar, tapi soal kemampuan membangun jaringan, strategi politik, dan ketepatan dalam menentukan arah dukungan. Dan Pak Herry terbukti mampu menjalankan itu,” tegasnya.
Irham bahkan menyematkan nama Herry Asiku sejajar dengan Ridwan Bae sebagai poros kekuatan Golkar Sultra hari ini.
“Partai Golkar di Sultra masih sangat membutuhkan figur-figur senior dan berpengalaman. Dan hari ini, yang masih menjadi tumpuan kita adalah Pak Ridwan Bae dan Pak Herry Asiku,” ungkapnya.
“Pak Ridwan sudah menyelesaikan tugasnya dengan baik selama dua periode. Sekarang kami harap Pak Herry bisa melanjutkan itu dan membawa Golkar Sultra makin solid dan berjaya,” tandasnya.
Namun, di balik pujian dan loyalitas itu, ada suara lain yang tak bisa diabaikan. Muhammad Ridwan, Wakil Ketua DPD Partai Golkar Kabupaten Muna Barat, justru melihat realitas yang berbeda: penurunan suara, kehilangan kursi, dan mandeknya konsolidasi partai.
“Keinginannya untuk tampil kembali mencalonkan diri sebagai Ketua DPD Golkar Sultra patut kita apresiasi. Namun, bagi pemilik suara, dalam hal ini DPD kabupaten/kota, perlu mengevaluasi prestasi Herry Asiku selama lima tahun terakhir,” ujar Ridwan dalam pernyataan tertulis.
Ridwan membeberkan fakta pahit: Partai Golkar Sultra kehilangan satu kursi DPRD Provinsi pada Pemilu 2024, serta mengalami penurunan suara signifikan, dari 213.465 pada 2019 menjadi hanya 160.061 suara di 2024. Selisihnya mencolok: 53.404 suara hilang.
“Akibat dari ketiga poin tersebut, Partai Golkar Sultra kehilangan peluang untuk merebut kembali kursi Ketua DPRD Provinsi,” tegas Ridwan.
Di tengah sorotan atas kepemimpinan yang dinilai gagal menjaga stabilitas suara, Ridwan dengan tegas menyarankan Herry untuk tidak lagi mencalonkan diri.
“Saya selaku kader Partai Golkar sangat prihatin dengan kondisi ini. Saya menyarankan kepada Herry Asiku untuk legawa dan memberikan kesempatan kepada kader muda yang masih agresif dan progresif demi membesarkan kembali Partai Golkar Sultra,” ucapnya.
Dua narasi besar kini bertarung di arena politik Golkar Sultra: satu mendasarkan loyalitas pada stabilitas internal dan kepemimpinan senior; satunya lagi mendorong perubahan berbasis evaluasi kinerja. Musda XI tak hanya akan menentukan siapa yang menjadi nakhoda, tapi juga arah kapal besar Partai Golkar di Bumi Anoa: melaju di jalur lama, atau membelok ke rute baru.
Editor: Denyi Risman