Konawe Utara – Sebaik-baiknya manusia adalah dia yang bermanfaat bagi sesamanya. Apalagi anggota Polisi yang memang punya tugas mengayomi dan melindungi masyarakat. Kata-kata itu mungkin tepat untuk menggambarkan apa yang telah dilakukan Bripka Dedy Abdullah.
Bripka Dedy merupakan Bhabinkamtibmas Polsek Asera, Polres Konawe Utara, Polda Sulawesi Tenggara. Kisahnya perlu diulik, di mana ia rela menguras tabungannya demi bisa membantu warga transmigrasi mudah mendapatkan air bersih.
Dihubungi Sultranesia melalui telepon pada Jumat (3/3) petang, Bripka Dedy menceritakan kisahnya.
Kisah itu bermula pada 2021 silam, dia yang merupakan Bhabinkamtibmas Polsek Asera berkeliling ke sejumlah desa dan bertemu warga yang masuk dalam wilayah binaannya.
Salah satu wilayah yang ia datangi masih berstatus UPT Puuhialu di Desa Sambandete, Kecamatan Oheo, Kabupaten Konawe Utara. Itu adalah daerah transmigrasi yang pada waktu itu baru sekitar setahun lebih ditempati warga.
Saat berada di UPT itu, Bripka Dody mendapat keluhan dari warga soal air bersih. Warga dusun satu mengeluh bahwa belum mendapat bantuan air bersih.
“Di desa itu ada tiga dusun, dusun satu, dua dan tiga. Mereka minta ke saya agar dibantu mengakses air bersih, karena yang mendapat bantuan baru dusun tiga, dan dua,” kata Bripka Dedy.
“Saat itu statusnya di situ masih UPT, UPT Puuhialu, masih jadi binaan Disnakertrans, jadi bulum bisa menggunakan dana desa karena statusnya masih UPT, di situ problemnya warga belum bisa pakai dana desa,” sambung Dedy.
Mendengar keluhan itu, Dedy langsung mengeceknya, ternyata benar, ada sekitar 20 KK di dusun satu belum dapat akses air bersih ke rumah-rumah mereka.
Menurut Dedy, saat itu warga memanfaatkan selokan-selokan untuk mengalirkan air dari sumber mata air di pegunungan Oheo menuju ke dusun.
Ada pula warga yang mencari sumber-sumber mata air terdekat dari rumah mereka lalu mengalirkannya menggunakan pipa-pipa dan plastik bekas perusahaan kelapa sawit.
“Bahkan ada warga yang pakai bambu untuk mengalirkan air ke rumah-rumah mereka. Pokoknya tidak layak lah. Itupun hanya satu dua rumah saja yang melakukan itu,” kata Dedy.
Tak fikir panjang, Dedy langsung bergerak membantu warga, dia mengecek dari sumber mata air dari pipa induk ke pemukiman jaraknya sekitar 300 meter. Dia kemudian mengkalkulasi berapa panjang pipa yang harus disiapkan untuk bisa sampai ke rumah-rumah warga.
Setelah mendapat jumlah pipa yang harus disiapkan, Dedy merogoh kocek tabungannya sendiri untuk membeli pipa, sebagian lagi dia mencari donasi untuk bisa membeli pipa.
“Alhamdulilah ada sedikit rejeki saya sendiri dan tabungan saya, kurangnya itu saya cari donasi di luar agar bagaimana caranya saya bisa penuhi permintaan bantuan warga itu,” ucap Dedy.
“Alhamdulilah setelah cukup saya bawakan lah pipa. Terus saya bawakan lagi keran air untuk menyambung dari rumah ke rumah, dan alhmulilah juga sampai sekarang masih dipakai sama warga di sana,” sambung Dedy.
Permintaan bantuan tak berhenti di situ, setelah warga dusun satu sudah mudah mengakses air bersih, ternyata sebagai warga di dusun dua juga meminta bantuannya karena sebagian dari mereka belum kebagian air bersih.
“Karena ada permintaan bantuan lagi ya saya harus bantu, saya pakai dana pribadiku, sebagiannya lagi saya cari donasi lagi supaya bagaimana caranya bisa memenuhi itu. Saya juga tidak enak, masa dusun satu saya bantu, warga dusun dua dengan masalah yang sama tidak saya bantu, jadi tetap saya adakan lagi,” ungkapnya.
Dey berharap apa yang telah ia lakukan bisa membantu masyarakat.”Alhamdulilah sampai sekarang masih dipakai,” pungkas Dedy.
Editor: Wiwid Abid Abadi