News  

PT GMS Keruk Pendangkalan Sungai di Sangi-sangi yang Jadi Penyebab Banjir

Eksavator PT GMS saat mengeruk dan memperlebar sungai di Sangi-sangi. Foto: Dok. Istimewa.

Hujan deras kembali mengguyur sebagian wilayah di Sulawesi Tenggara (Sultra). Tak terkecuali di Kabupaten Konawe Selatan (Konsel).

Salah satu daerah di Konawe Selatan yang intensitas hujannya tinggi berada Desa Sangi-sangi, Kecamatan Laonti.

Hujan deras tersebut dikhawatirkan akan membuat intensitas air di beberapa Daerah Aliran Sungai (DAS) di Desa Sangi-sangi meninggi. Ditambah pendangkalan sungai yang terjadi sejak lama, banjir tak bisa dihindarkan.

Melihat kondisi itu, PT Gerbang Multi Sejahtera (PT GMS) perusahaan tambang yang beroperasi di Laonti sudah menurunkan dua alat berat untuk mengeruk sungai di Sangi-sangi yang mengalami pendangkalan parah.

“Hasil peninjauan saya di lapangan aliran sungai mengalami pendangkalan sehingga air meluap ke pemukiman warga, pihak perusahaan sudah mengerahkan dua excavator untuk melakukan pengerukan dan pelebaran sungai,” kata Humas PT GMS, Airin Sakoya kepada media, Senin (1/8).

Selain melakukan pengerukan dan pelebaran sungai, kata Airin, pihak PT GMS juga sudah melakukan pengukuran pembangunan tanggul sepanjang 257 meter dengan tinggi 1,5 meter di sepanjang sungai Dusun II Desa Sangi-sangi.

Tak hanya itu pihak perusahaan juga melakukan pengukuran penambahan perpipaan air bersih di Desa Sangi-sangi sepanjang 2.065 meter, dan membangun satu buah bak penampungan air.

Tak hanya di Sangi-sangi, perusahaan juga akan membangun bak penampung air dan perpipaan air bersih di Desa Ulusawa sepanjang 1.500 meter beserta bak penampungan airnya.

“Ini semua adalah bentuk kepedulian dan perhatian pihak perusahaan terhadap masyarakat,” kata Airin.

Selain meninjau lokasi, pihak perusahaan juga menyalurkan bantuan pasca banjir bagi warga terdampak.

“Pasca Banjir kemarin pihak perusahaan juga sudah menyalurkan bantuan sembako sebanyak 100 paket,” pungkasnya.

Kepala Desa Sangi-sangi, Kecamatan Laonti, Ruslan, mengungkapkan kondisi di desanya yang memang menjadi langganan banjir.

Menurut Ruslan, banjir di desanya terjadi hampir setiap tahun. Bahkan satu tahun bisa dua hingga tiga kali. Menurutnya, banjir terjadi akibat curah hujan yang tinggi, volume air sungai yang melintas di tengah desanya meninggi, dan bertepatan pula dengan pasang air laut.

“Kalau masalah banjir setiap tahun itu terjadi. Kadang dua kali sampe tiga kali setahun. Karena setiap banjir itu air (laut) juga naik. Jadi pertemuan air gunung dan air laut tertumpuk disitu, jadi terjadi lah banjir. Jadi bukan hanya kemarin saja. Sebelumnya, hujan satu jam dua jam juga banjir,” kata Ruslan kepada awak media beberapa waktu lalu.

Selain itu, penyabab lain terjadinya banjir, kata Ruslan, adanya pendangkalan dan penyempitan sungai yang melintas di tengah pemukiman warga.

“Kali itu menyempit karena adanya pembangunan warga. Jadi kalau hujan, kali tidak bisa tampung air, jadi meluap sampai masuk ke rumah,” ungkapnya.

Selain itu, kondisi pemukiman warga yang rendah, membuat air yang meluap dengan mudah masuk ke pemukiman.

“Tapi kalau banjir itu cepat surut, setengah sampai satu jam itu sudah surut airnya,” ujar Ruslan menambahkan.


Editor: Wiwid Abid Abadi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!